Minggu, 23 Oktober 2011

JURNAL HAKIKAT PENDIDIKAN (KELOMPOK 1)


FILSAFAT PENDIDIKAN

JURNAL
HAKIKAT PENDIDIKAN
Disusun oleh:
Kelompok 1
Devira Nike Gracia    ( 409341008 )
Dian Aprilianti           ( 409341009 )
Fauziah Balqis             ( 409341022 )
Nurhidayah Lubis       ( 409341034 )
Riza Efrina                  ( 409341041 )
Wella Anggriana         ( 409341052 )
Zaura Inda Aflia         ( 409341060 )
Pendidikan Biologi Ekst ‘09
                      
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2011


HAKIKAT PENDIDIKAN

Abstrak : Pendidikan dapat diartikan sebagai proses kegiatan mengubah perilaku                  individu kearah kedewasaan dan kematangan. Tujuan pendidikan lebih berkaitan dengan tugas-tugas untuk meneliti potensi-potensi yang ada dalam diri manusia dan membuat proyek yang membantu manusia supaya dapat merealisasikan potensi dirinya secara penuh. Tujuan pendidikan yang merupakan suatu pernyataan yang jelas akan merupakan dasar utama bagi pemilihan metode, bahan atau materi pendidikan, dan pemilihan alat-alat untuk menilai apakah pendidikan itu telah terlaksana dengan baik atau telah berhasil. Pendidikan di sokong dengan 4 pilar pendidikan yakni : Learning to know, Learning to do, learning to be, dan learning to live together. Aliran-aliran pendidikan  yang meliputi aliran empirisme, nativisme, naturalism dan konvergensi merupakan benang-benang  merah yang menghubungkan pemikiran-pemikiran pendidikan masa lalu, kini dan mungkin yang akan datang. Lingkungan pendidikan juga mempengaruhi perkembangan manusia.
Kata kunci: pendidikan, perkembangan, individu
Pendahuluan
Hampir setiap orang pernah mengalami pendidikan,tetapi tidak setiap orang mengerti makna kata pendidikan , pendidik dan mendidik. Untuk memahami pendidikan,ada dua istilah yang dapat mengarahkan pada pemahaman hakikat pendidikan, yakni kata paedagogia  dan paedagogiek. Paedagogi bermakna pendidikan , sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan ( Purwanto,1995 :3). Oleh karena itu , tidaklah mengherankan apabila pedagogik (pedagogics) atau  ilmu mendidik adalah ilmu atau teori yang sistematik tentang pendidikan yang sebenarnya bagi anak atau untuk anak sampai ia mencapai kedewasaan  (Rasydin,2007;34).


1.Pengertian pendidikan
Pendidikan dapat diartikan sebagai proses kegiatan mengubah perilaku individu kearah kedewasaandan kematangan. Arti kedewasaan dalam konotasi ini sangat luas tidak terbatas hanya pada usia kalender, melainkan lebih menekankan pada mental-spritual,sikap nalar,baik intelektual maupun emosional,social dan spiritual. Bobot kedewasaan ini akan terungkap dalam kematangannya dalam berfikir ,berucap, berprilaku dan membuat keputusan. Sudabarang tentu bahwa kedewasaan dan pematangan yang dimiliki seseorang merupakan hasil dari kinerja pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya,pendidikan yang tidak hanya terbatas pada pendidikan persekolahan (pendidikan formal).
            Pendidikan merupakan pemberdayaan sumber daya manusia. Makna pendidikan adalah memberikan kebebasan kepada seseorang untuk mengembangkan dirinya sendiri sesuai dengan kompetensi yang dimilki. Kekakuan harus ditembus dengan memberikan kebebasan kepada peserta didik. Namun kebebasan yang dilakukan bukan kebebasan tanpa kendali,kebebasan itu harus dibarengi dengan tanggung jawab sehingga kebebasan yang bertanggung jawab. Untuk lebih jelas menghayati peranan pendidikan memberdayakan sumberdaya manusia,perlu dijelaskan dulu apa yang dimaksudkan dengan pemberdayaan(empowerment). Berikut ini adalah penjelasan dari Jan Carizon (dalam Nursyid Sumaatmadja.2002:79) tentang pengetian empowerment: “ Empowerment adalah pembebasan seseorang dari kendali yang kaku, dan memberikan orang tersebut kebebasan untuk bertanggung jawab atas ide-idenya,dan keputusan-keputusannya,tindakan-tindakannya. Kata kunci dalam pengertian pemberdayaan itu adalah pembebasan . dalam aktifitas pemberdayaan diarahkan untuk memberikan kebebasan kepada seseorang,memilki tanggung jawab pengembangan pribadi yang meliputi kemampuan berfikir , melakukan tindakan,mengembangkan gagasan,bersifat sampai dalam mambuat keputusan. Untuk menembus kekakuan yang mungkin selama ini dapat mempengaruhi pelaksanaan pendidikan kita harus ditembus dengan pelaksanaan memberdayakan peserata didik melalui kebebasan yang bertanggung jawab.
Pada hakekatnya pendidikan itu bukan membentuk, bukan menciptakan seperti yang diinginkan, tetapi menolong, membantu dalam arti luas. Membantu menyadarkan anak tentang profesi yang ada padanya, membantu mengembangkan potensi seoptimal mungkin, memberikan pengetahuan dan keterampilan, memberikan latihan-latihan, memotivasi untuk terlibat dalam pengalaman-pengalaman yang berguna. Mengusahakan lingkungan yang serasi dan kondusif untuk belajar, mengarahkan bila ada penyimpangan, mengolah materi pelajaran sehingga peserta didik bernafsu untuk menguasainya, mengusahakan alat-alat, meningkatkan intensitas proses pembelajaran. Pendidikan menyediakan alternatif pilihan, begitu peserta didik telah memutuskan untuk memilih satu alternatif, pendidikan siap membantu, siap merangsang dan menjauhkan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya proses.
Sekolah berfungsi sebagai sarana latihan sebagai upaya belajar menghadapi masalah kehidupan, sehingga kegiatan di sekolah lebih mendekati situasi kehidupan, sehingga kegiatan di sekolah lebih mendekati situasi kehidupan yang nyata, hal-hal yang baru, penemuan-penemuan ilmu pengetahuan yang baru secara cepat diadopsi sekolah untuk dapat dipelajari peserta didik. Peserta didik dimotivasi untuk tanggap kepada situasi politik, keamanan dan pemerintahan yang sedang berlangsung. Didalam proses pembelajaran akan banyak dipakai metode problem solving, metode diskusi dan metode simulasi untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut pendidikan akan beriorentasi kepada berbagai keterampilan yang dibutuhkan di masyarakat. Bila bertitik tolak dari pengertian ini, kesulitan yang akan di alami adalah sulitnya sekolah menyiapkan lulusan yang siap pakai, karena bagaimanapun sekolah tidak akan dapat membekali seseorang dengan segudang pengetahuan dan pengalaman yang langsung dapat diterapkan untuk menghadapi perubahan dan permasalahan di masyarakat, karena perubahan dan permasalahan di masyarakat sangat kompleks dan cepat sekali berubah. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah dapat mempersiapkan keahlian-keahlian tertentu yang sangat dibutuhkan masyarakat. Jadi, pengertian pendidikan yang dikembangkan berdasarkan hubungan ini ialah usaha mempersiapkan peserta didik semaksimal mungkin untuk dapat mengikuti perubahan zaman dan dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam hidupnya.
Untuk member pemahaman akan hakekat dan pengertian pendidikan, berikut ini dikemukakan sejumlah pendapat yang dikemukakan para ahli yaitu :
a.       Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia(1991).
b.      Dalam pengertian yang sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan (McLeod, 1989)
c.       Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal (Mudyahardjo 2001:6).
d.      Dalam pengertian yang agak luas pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibinsyah, 2003:10).
e.       Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya (Dictionary of Psychology, 1972).
f.       Menurut Jhon Dewey pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya piker atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.
g.      Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaraqn agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengadilan dirim kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No. 20 Tahun 2003).
h.      Pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat (Purwanto.2000).
i.        Hakikat pendidikan adalah proses kegiatan mengubah perilaku individu kea rah kedewasaan dan kematangan dalam arti yang seluas-luasnya, baik melalui pemberdayaan dan rekayasa, maupun pembebasan dari belenggu kebodohan, kemiskinan, rendah diri, serta perbudakan (Nursid Sumaatmadja. 2002).
j.        Pendidikan sebagai pemberdayaan, merupakan proses kegiatan membebaskan seseorang dari kekakuan, dan tindakan-tindakannya. Melalui proses pemberdayaan, seseorang dibina dan dikembangkan menjadi manusia yang memiliki visi, sadar akan realita, adanya orang lain, dan memiliki keberanian dalam hidup serta menjalani kehidupan (Nursid Sumaatmadja, 2002).
k.      Pendidikan sebagai proses kegiatan perekayasaan, merupakan pengembangan kesadaran IPTEK, kreativitas, kesetiakawanan seseorang sebagai manusia modern yang manusiawi (Nursid Sumaatmadja, 2002).
Batasan tentang pendidikan
 Pendidikan, seperti sifat sasarangnya yaitu manusia,menngandung banyak aspek dan sifatnya sangan kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak sebuah batasan pun yang cukup memadai untuk  menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam,kandungan yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya.Konsep dasar yang digunakan ,aspek yang manjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya. 
 Di bawah ini kemukakan beberapa batasa pendidikan yang berbeda berdasarkan fungsinya.
   a.pendidikan sebagai proses tranformasi budaya
          Sebagai proses tranformasi budaya,pendidikan diartikan sebagia kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain seperti bayi lahir sudah berada di dalam suatu lingkungan budaya tertentu.  
Nilai-nilai kebudayaan tersebut mengalami proses trasnformasi dari generasi ke generasi muda. Ada 3 bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab dan lain-lain yang kurang cocok diperbaiki, misalnya tata cara  pesta perkawinan, dan yang tidak cocok diganti misalnya pendidik yang dahulu ditabukan diganti dengan pendidikan seks melalui pendidikan formal.
Di sini tampak bahwa proses pewarisan budaya tidak semua mengekalkan budaya secara estafet. Pendidikan justru mempunyai meñyiapkan peserta didik untuk han esok. Suatu masa dengan yang menuntut banyak persyaratan baru yang tidak pemah sebelumnya, dan malah sebagian besar masih berupa teka-teki. ID menyadari bahwa sistem pendidikan itu merupakan subsistem dan pembangunan nasional maka misi pendidikan sebagai transformasi harus sinkron dengan beberapa pemyataan GBHN yang memb tekanan pada upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan. sebagai berikut (BP. 7. Pusat, 1990: 109-110).
1). Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, rasa, dan karsa bangsa Indonesia.
2) Kebudayaan nasional yang mencerminkan nilai-nilai luhur harus terus dipelihara, dibina, dan dikembangkan sehingga ii menjadi penggerak bagi perwujudan cita-cita bangsa di masa depan
3) Perlu ditumbuhkan kemampuan masyarakat untuk mengangka nilai sosial budaya daerah yang luhur serta menyerap nilai-nilai di luar yang positif dan yang diperlukan bagi pembaruan dalam pembangunan.
 4) Perlu terus diciptakan suasana yang mendorong tumbuh dan berkembangnya disiplin nasional serta sikap budaya yang menjawab tantangan pembangunan dengan dikembangkan sosial yang dapat mendukung proses pemantapan budaya bangsa.
5) Usaha pembaruan bangsa perlu dilanjutkan di segala bidang I - bidang ekonomi, dan sosial budaya.
b. Pendidikan sebagai Proses Pembentuican Pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Sistimatis oleh karena proses pendidikan berlangsung tahap-tahap berkesinambungan (prosedural) dan sistemik oleh beflangaung dalam semua situasi.
Proses pembentukan pribadi meliputi dua sasaran yaitu pembentukan bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa, dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri. Yang terakhir ini disebut pendidikan diri sendiri (zeif vorming). Kedua-duanya bersifat dan menjadi keharusan. Bayi yang baru lahir kepribadiannya  belum mempunyai wama dan corak kepribadian yang Ia baru menipakan individu, belum suatu pribadi. Untuk menjadi pribadi perlu mendapat bimbingan, latihan-latihan, dan pengalaman bergaul dengan lingkungannya, khususnya dengan lingkungan pendidikan.
Bagi mereka yang sudah dewasa tetap dituntut adanya pengembangan kualitas kepribadian meningkat serempak dengan meningkatnya hidup yang selalu berubah. Dalam hubungan ini dikenal apa yang disebut pendidikan sepanjang hidup. Pembentukan pnibadi mencakup cipta, rasa, dan karsa (kognitif, afektif, dan psikomotor) yang sejalan dengan pengembangan fisik.
c. Pendidikan  sebagai Proses Penyiapan Warga Negara
Pendidikan sebagai penyiapan warga negara diartikan sebagai suatu yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik. Tentu saja istilah baik di sini bersifat relatif, kepada tujuan nasional dari masing-masing bangsa, oleh karena masing – masing bangsa mempunyai falsafah hidup yang berbeda – beda.
d. Pendidikan sebagai Penyiapan Teñaga Kerja
Pendidikan sebagai  penyiapan tenaga kerja diartikan sebagal kegiatan membimbing  peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja.
Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Melalui kegiatan bekerja seseorang mendapat kepuasan bukan saja karena menerima imbalan melainkan juga karena seseorang dapat memberikan sesuatu kepada orang lain (jasa atã benda), bergaul, berkreasi, dan bersibuk diri.
UUD 1945 Pasal 27 Ayat 2 menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan Dalam GBHN (BP 7 Pusat, 1990: 70-96) sebagai arah dan kebijaksa pembangunan umum butir 22 dinyatakan mengembangkan menêiptakan angkatan kerja Indonesia yang tangguh, mampu, dani bekerja sehingga dapat mengisi semua jenis, tingkat lapangan kerja pembangunan nasional.
Selanjutnya dalam butir 23 dinyatakan: Meningkatkan pemer lapangan kerja dan kesempatan kerja serta memberikan perhatian khusus pada penanganan angkatan kerja usia muda.
Isi dan butir tersebut mencakup:
Pengadaan tenaga kerja, penyediaan kesempatan lapangan perencanaan terpadu, penyempurnaan sistem informasi untuk peny dan pemasaran tenaga kerja, dan perlindungan tenaga kerja.
      Jadi pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara menyeluruh sehingga anak menjadi dewasa.        Dari batas-batasan pendidikan yang dijelaskan diatas, maka dapat dikatakan bahwa perumusan yang baik harus mengandung sekurang-kurangnya unusur berikut ini.
            Adanya bentuk pendidikan itu, apakah berbentuk usaha, pertolongan, pertolongan bantuan, bimbingan, pelayanan ataupun pembinaan.
            Adanya pelaku pendidikan, orang dewasa, guru sebagai pendidik, orang tua, pendeta/pemuka agama, pemuka masyarakat, ataupun pimpinan organisasi).
      Adanya sasaran pendidikan, orang yang belum dewasa, anak didik, peserta didik,
            Adanya sifat pelaksanaan pendidikan, dengan sadar, dengan sengaja, penuh tanggung jawab, dengan sistematis, dengan secara terencana.
            Adanya tujuan yang ingin dicapai, manusia susila, kedewasaan, manusia yang patriot, atau warga Negara yang bertanggung jawab.
2.Tujuan Pendidikan
      Tujuan pendidikan lebih berkaitan dengan tugas-tugas untuk meneliti potensi-potensi yang ada dalam diri manusia dan membuat proyek yang membantu manusia supaya dapat merealisasikan potensi dirinya secara penuh. Dengan demikian, segala upaya yang membantu manusia untuk menyempurnakan dirinya berdasarkan kekuatan yang ada dalam dirinya sendiri untuk dapat merealisasikan dirinya secara penuh. Jadi, tujuan pamungkas pendidikan ini tidak sama dengan hasil nyata yang bisa dilihat secara langsung, melainkan untuk membentuk manusia yang bertumbuh dan berkembang secara integral dengan keterampilan khusus yang menjadi potensi dan kemampuan mereka.
Tujuan pamungkas pendidikan juga bisa dipengaruhi oleh keyakinan agama suatu masyarakat. Jika nilai-nilai religius yang diyakini suatu agama dipakai sebagai tujuan pamungkas sebuah pendidikan, tujuan pendidikan itu pun bisa selaras dengan tujuan keyakinan iman niali-nilai agama tersebut. Tujuan pendidikan bisa sesuai dengan tujuan agama itu dalam menjawab awal dan akhir tujuan hidupa manusia sebagai hakikat dan tujuan hidup manusia (sangkan paraning dumadi).      
      Tujuan pendidikan yang merupakan suatu pernyataan yang jelas akan merupakan dasar utama bagi pemilihan metode, bahan atau materi pendidikan, dan pemilihan alat-alat untuk menilai apakah pendidikan itu telah terlaksana dengan baik atau telah berhasil. Robert F. Meger (dalam M. Ngalim Purwanto. 2000:38) menjelaskan ada tiga alasan pokok mengapa pendidik harus memperhatikan atau merumuskan tujuan pendidikan.
Pertama, dengan merumuskan tujuan pendidikan dengan jelas, maka pendidik akan dapat memilih dan merancang bahan pembelajaran, alat dan metode yang tepat untuk digunakan dalam pendidikan atau pembelajaran.
Kedua, keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh pencapain hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Ketiga, bila tujuan tidak dirumuskan, sudah tentu pendidik akan menemukan kesulitan dan bahkan tidak akan dapat mengorganisasikan materi atau bahan pelajaran sdan kegiatan-kegiatan serta usaha-usaha peserta didik dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Hirarki Tujuan Pendidikan. Jenis-jenis tujuan pendidikan dapat dibedakan menurut luas dan sempitnya isi tujuan itu sekaligus berkaitan dengan jauh dekatnya jarak waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan luas dan sempitnya isi tujuan serta jauh dekatnya jarak waktu untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, maka dapat disusun menurut hirarkinya seperti berikut ini :
      Tujuan Pendidikan Nasional. Tujuan ini berlaku untuk seluruh lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh negara. Tujuan pendidikan nasional atau negara Indonesia tercantun dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan Pendidikan Nasional sangat umum sesuai denga isisnya yang sangat luas dan waktu pencapaiannya pun sangat lama, mungkin sepanjang hayat manusia itu sendiri. Tujuan ini merupakan dsar dan pedoman bagi penyusunan kurikulum untuk semua lembaga pendidikan yang ada di negara Indonesia, baik persekolahan maupun keluargadan lembaga lainnya, dan dari jenjang Taman Kanak-kanak sampai dengan Perguruan Tinggi.
      Standar Kompetensi Lulusan. Tujuan ini merupakan tujuan masing-masing lembaga atau jenis dan tingkatan sekolah. Tujuan ini tercantum dalam kurikulum sekolah/lembaga pendidikan yang menggambarkan prilaku atau performance yang harus dimiliki peserta didik setelah selesai belajar disekolah tersebut. Tujuan inilah yang membedakan masing-masing sekolah baik jenis maupun jenjangnya.
      Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Tujuan ini merupakan masing-masing bidang studi atau mata pelajaran. Tujuan ini adalah tujuan tiap-tiap mata pelajaran untuk suatu sekolah tertentu. Mata pelajarang yang ssama dijenjang sekolah yang sama tetapi berbeda jenis sekolahnya, maka standar kompetensinya tentu akan berbedda.
      Kompetensi Dasar. Tujuan ini merupakan tujuan yang akan dicapai setelah mengikuti pembelajarn tertentu berupa topik atau pokok bahasan maupun satuan bahasan. Tujuan inilah yang dicapai setelah selesai pembelajaran tertentu. Tujuan ini harus dijabarkan supaya lebih operasional baik dalam pencapaiannya maupun dalam asesmennya, untuk mengetahui ketercapaiannya tujuan tersebut oleh peserta didik. Karena tujuan inilah yang langsung dimiliki peserta didik setelah selesai pembelajaran, maka perumusan tujuan ini harus jelas, spesifik, terukur, dan berupa hasil belajar, perilaku atau performance peserta didik yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
      Tujuan yang paling spesifik yakni indikator yang dirumuskan dengan mengacu pada kompetensi dasar, dan kompetensi dasar mengacu pada pencapaian standar kompetensi mata pelajaran, dan standar kompetensi mata pelajaran tidak boleh menyimpang dari standar kompetensi lulusan, dan standar kompetensi lulusan mengacu pada pencapaian tujuan pendidikan nasional.



3.Pilar pendidikan
UNESCO mengemukakan bahwa pendidikan di sokong oleh 4 pilar yang disebut dengan 4 pilar pendidikan yakni : Learning to know, Learning to do, learning to be, dan learning to live together.
1.      Learning to Know salah satu pilar untuk mengetahui banyak hal yang sangat diperlukan dalam kehidupan manusia.
2.      Learning to Do salah satu pilar pendidikan yang menekankan pada aktivitas kemampuan untuk melakukan atau mengaktualisasikan dalam hidup dan kehidupannya apa yang sudah diketahuinya.
3.      Learning to Be salah satu pilar yang mengandung makna bahwa manusia tak pernah berhenti belajar dan belajar agar menjadi seperti dirinya sendiri (jati diri).
4.      Learning to Live Together merupakan pilar pendidikan yang mengacu pada pembinaan dan pembentukan kemampuan untuk menghidupi kehidupan bersama dengan orang lain.
4.Aliran – Aliran Pendidikan
Berikut ini akan dibahas tentang pendapat para ahli tentang pelaksanaan pendidikan terhadap anak yang dikemukakan dalam beberapa aliran berikut ini :
a.       Nativisme
Nativisme adalah sebuah doktrin filosofis yang berpangaruh besar terhadap pemikiran psikologis. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah di tentukan oleh faktor-faktor yang di bawa manusia sejak lahir,pembawaan yang telah terdapat pada waktu lahir itulah yang menentukan hasil perkembangannya. Menurut aliran nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. dengan kata lain, pendidikan tidak mempunyai arti apa-apa, merupakan pekerjaan yang sia-sia. Sesuai dengan hal itu maka dalam ilmu pendidikan aliran ini disebut juga sebagai Pesimisme Paedagogis.

b.      Naturalisme
Nature artinya alam atau yang di bawa sejak lahir. Aliran ini dipelopori oleh J. J. Rousseau seorang filsuf bangsa Prancis (1712-1778). Beiau berpendapat dalam bukunya Emile bahwa semua adalah baik pada waktu baru dating dari tangan Sang Pencipta, tetapi semua menjadi buruk di tangan manusia. Semua manusia yang baru lahir mempunyai pembawaan yang baik, tidak ada seorang pun lahir dengan pembawaan yang buruk. Bagaimana hasil perkembangannya kemudian sangat ditentukan oleh pendidikan yang diterimanya atau yang mempengaruhinya. Jika pengaruh/pendidikan itu baik, akan menjadi baiklah ia, akan tetapi jika pengaruh itu jelek, akan jelek pula hasilnya. Berarti pembawaan yang baik yang dibawa sejak lahir tersebut menjadi rusak (buruk) oleh tangan manusia. Oleh sebab itu, Rousseau, sebagai pendidik, mengajukan “pendidikan alam.” Artinya, anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan berkembang sendirimenurut alamnya; manusia atau masyarakat jangan banyak mencampurinya. Jadi aliran naturalism memandang tidak perlu adanya pendidikan bagi pertumbuhan dan perkembangan bakat dan kemampuan anak. Aliran ini juga disebut negativisme, karena berpendapat bahwa pendidikan hanya membiarkan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan sendirinya sesuai dengan bawaannya; serahkanlah anak kepada alamnya.
c.       Empirisme
Kebalikan dari aliran empirisme dan naturalisme adalah empirisme dengan tokoh utama Jhon Locke(1632-1704). Nama asli aliran ini adalah the school of british empirism(aliran empirisme inggris).Doktrin aliran empirisme yang sangat mashur adalah tabula rasa, sebuah istilah bahasa latin yang berarti buku tulis yang kosong atau lembaran kosong. Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya. Sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir di anggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini para penganut empirisme menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong dan tak punya kemapuan apa-apa.
Aliran empirisme berpendapat berlawanan dengan aliran nativisme dan naturalisme karena berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali di tentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang di terimanya sejak kecil. Manusia-manusia dapat di didik menjadi apa saja(kearah yang baik maupun kearah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidikannya.
d.      Konvergensi
Aliran konvergensi merupakan gabungan dari aliran-aliran di atas, aliran ini menggabungkan pentingnya hereditas dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia, tidak hanya berpegang pada pembawaan, tetapi juga kepada faktor yang sama pentingnya yang mempunyai andil lebih besar dalam menentukan masa depan seseorang.
Aliran konvergensi mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkemangan manusia itu adalah tergantung pada dua faktor, yaitu: faktor bakat/pembawaan dan faktor lingkungan, pengalaman/pendidikan. Inilah yang di sebut teori konvergensi. (convergentie=penyatuan hasil, kerjasama mencapai satu hasil. Konvergeren=menuju atau berkumpul pada satu titik pertemuan). William Stern(1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman, dan sebagai pelopor aliran ini mengatakan “kemungkinan-kemungkinan yang di bawa lahir itu adalah petunjuk-petunjuk nasib depan dengan ruangan permainan. Dalam ruangan permainan itulah letaknya pendidikan dalam arti se luas-luasnya. Tenaga-tenaga dari luar dapat menolong, tetapi bukanlah ia yang menyebabkan pertumbuhan itu, karena ini datangnya dari dalam yang mengandung dasar keaktifan dan tenaga pendorong”.Jadi menurut Williem seorang anak di lahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun buruk.
5.Lingkungan Pendidikan
Sartain, seorang ahli psikologi Amerika mengatakan bahwa yang dimaksud dengan lingkungan (environment) meliputi semua kondisi dalam dunia mi yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen.Yang disebut lingkungan pendidikan adalah semua lingkungan yang memberikan pengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang.
Lingkungan manusia dapat dibagi menjadi tiga bagian yakni, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan msyarakat. Karena begitu besar pengaruh ketiga lingkungan tersebut terhadap pertumbuhan dan perkembangan seseorang, maka Ki Hajar Dewantoro menyebutnya dengan Tri Pusat Pendidikan.
  1. Lingkungan keluarga
Sesuai dengan kedudukan dan fungsinya, keluarga sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama, maka tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak adalah merupakan peletak dasar bagi pendidikan pengembangan kepribadian anak, seperd pendidikan akhlak, norma susila, takrama kehidupan, keagamaan, sopan santun, kejujuran dan pembentukan sifat dan sikap yang baik lainnya.
Perlu diketahui bahwa semua pendidikan yang diterima anak di dalam keluarga merupakan pendidikan informal dengan ciri-ciri melalui tauladan, suruhan dan kebiasaan-kebiasaan dalam pergaulan keluarga. Kalau dilihat dari segi bentuk pendidikan yang diwujudkan dalam pergaulan di dalam keluarga ada beberapa pola tindakan yaitu pola tindakan yang bersifat otoriter, berarti orang tua mendidik atau memimpin anaknya dengan kekerasan, memaksakan kehendak, menuntut kepatuhan dari anak-anaknya terhadap segala sesuatu yang diinginkannya.  Cara otoriter akan menyebabkan anak menurut secara pasif, atau mengadakan perlawanan secara pasif, dan mungkin juga mengadakan perlawanan secara aktif. Dengan cara demokratis akan ditandai dengan suasana keluarga yang saling hormat menghormati, saling menyayangi, saling merasa bertanggung jawab, masalah-masalah yang timbul dipecahkan secara baik-baik dan anak mendapat tempat yang wajar (tidak diremehkan) baik keinginannya maupun pendapatnya. Pola masa bodoh, yaitu sikap orang tua yang terlalu memberikan kebebasan kepada anak tidak ada tata tertib dan disiplin dalam keluarga, orang tua kurang perhatian dan bahkan kurang kepedulian orang tua terhadap anak-anaknya.
  1. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah disebut sebagai lingkungan kedua dalam pelaksanaan pendidikan anak. Lingkungan sekolah berbeda dengan lingkungan keluarga; perbedaan itu dapat dilihat dalam hal – hal berikut ini (disarikan dari M. Ngalim Purwanto. 2000. Hal. 124 – 125);
1.      Lingkungan keluarga adalah lingkungan pendidikan yang sewajarnya.
Keberadaan sekolah dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang sudah semakin kompleks, sehingga keluarga tiadak mampu lagi memberi bekal persiapan hidup bagi anak –anaknya. Dalam masyarakat yang sudah modern dan kehidupan sudah semakin kompleks, waktu orang tua semakin banyak tersita untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari, sudah kurang waktu untuk membimbing dan mendidik anak – anaknya terutama dengan yang berhubungan dengan pengatahuan, keterampilan , dan sikap atau kepribadian.
Guru sebagai pendidik disekolah lain dari pada orang tua. . Seorang guru diangkat dan ditunjuk serta ditetapkan oleh pemerintah atau masyarakat, dia pendidik karena jabatan. Sudah sewajarnya pula bahwa kasih sayang guru  terhadap murid – muridnya tidak mungkin akan sedalam kasih sayang  orang tua terhadap anak – anaknya. Demikian juga hubungan guru sebagai pendidik dengan anak didiknya bersifat sementara, tidak tetap. Guru sering berganti – ganti dan berpindah – pindah, demikian pula anak didiknya setiap tahun berganti dan jumlahnyapun banyak.
2.      Perbedaan kedua adalah perbedaan suasana
Kehidupan dan pergaulan disekolah sifatnya lebih formal. Di sekolah sudah ada peraturan dan ketertiban dan setiap aktivitas, baik yang dilakukan guru maupun anak – anak atau peserta didik harus mengacu pada aturan dan ketertiban tersebut, dan bial tidak akan menerima sanksi. Pergaulan guru sebagai pendidik dengan anak – anak sebagai peserta didik bersifat formal atau resmi atau obyektif, demikian juga antara sesama anak – anak tetap terikat pada aturan dan ketertiban yang sudah digariskan di sekolah. sehingga suasan dilingkungan keluarga jelas berbeda dengan suausana dilingkungan sekolah, di rumah atau di keluarga lebih banyak suasan bermain dan santainya dibandingkan dengan sekolah.

3.      Perbedaan ketiga adalah perbadaan tanggung jawab
Sekolah lebih menitik beratkan tanggung jawabnya pada pengembangan aspek intelektual dan keterampilan, yang  walaupun tidak boleh mengabaikan  aspek kepribadian atau afektif. Sudah tentu tanggung jawab sekolah disesuaikan dengan fungsi keberadaannya ditengah – tengah masyarakat.
Jelaslah bahwa sebenarnya tugas orang tua atau keluarga dan sekolah hampir bersamaan keduanya melaksanakan pendidikan keseluruhan dari anak. Perbedaannya hanyalah yang satu lebih menitik beratkan kepada salah satu segi pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya masing – masing.
  1. Lingkungan  Masyarakat
Lingkungan masyarakat akan memberikan sumbangan yang cukup berarti dalam pendidikan anak, apabila diwujudkan dalam proses dan pola yang tepat. Pendidikan dalam lingkungan masyarakat akan berfungsi sebagai pelengkap (complement),pengganti (subtitute) dan tambahan (supplement) terhadap pendidikan yang diberikan oleh lingkungan kain (KH. Dewantara. 1987: 120).
Lingkungan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti ( substitute ), hanya menyediakan pendidikan bukan sekedar tambahan atau pelengkap, tetapi adalah mengadakan pendidikan yang berfugsi sama dengan lembaga pendidikan formal di sekolah. Hal ini dilaksanakan karena keterbatasan kemampuan lingkungan sekolah, sehingga tidak mampu melayani semua lapisan dan semua anggota masyarakat yang ada, maka masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat ( LSM ) menyelenggarakan sekolah-sekolah swasta.
Lingkungan masyarakat juga mampu menyediakan pendidikan yang berfungsi sebagai tambahan ( supplement ). Di sekolah-sekolah teknik anak-anak telah mendapatkan pengetahuan mesin bubut karena jumlah jam yang terbatas anak tidak dapat mendalaminya. Untuk memantapkan hal itu, maka diadakan kursus diluar program formal yang telah ada. Hal yang sama sering juga dilakukun dalam rangka persiapan untuk memasuki perguruan tinggi, seperti bimbingan tes dan sebagainya.
Kesimpulan
Pendidikan merupakan hal yang penting yang memiliki tujuan yang terstruktur yang mampu mengubah pandangan dan mengembangan kemampuan manusia. Pendidikan sendiri disokong oleh 4 pilar pendidikan menurut UNESCO yaitu Learning to Know, Learning to Do, Learning to Be dan Learning to Live Together. Pendidikan pada zaman sekarang merupakan perkembangan dari aliran – aliran klasik pendidikan. Ada 4 aliran yang memiliki pemahaman dan cara bebrbeda – beda dalam mengartikan dan menjalani pendidikan itu sendiri yaitu Nativisme, Naturalisme, Empirisme dan Konvergensi. Selain aliran pendidikan hal penting yang mempengaruhi pendidikan adalah lingkungan pendidikan.
Daftar Pustaka
Keosoma A, Doni. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta : PT Grasindo
Mudyahardjo,Redja,2009.Pengantar Filsafat Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Tim Pengajar, 2011. Filsafat Pendidikan.Medan: Fakultas Ilmu Pendidikan
Tirtarahardja, Umar.2000. Pengantar Pendidikan.Jakarta :pusat perbukuan depart. Pendidikan dan kebudayaan dan PT. RINEKA CIPTA.

1 komentar: